Rabu, 24 November 2010

Punk Rock Jalanan



 


            Kehidupan Jakarta yang padat dan sesak dengan populasi penduduk, membuat kota Jakarta memiliki stratifikasi sosial yang tak terbendung dan kelompok-kelompok sosial yang tidak dipandang. Masalah sosial dalam era modern dan post modern memiliki berbagai aspek yang dapat menekankan pada stratifikasi sosial yang ada, penduduk kelas atas, menengah, bawah, pemerintahan, wirausahawan, pebisnis, hingga penduduk yang terbuang seperti pengamen, pedagang asongan, hingga anak jalanan punk rock tidak asing lagi didengar maupun dipandang dari cover ibu kota Indonesia. Masalah sosial yang tak terbendungpun menjadi sebuah pemikiran masyarakat akan kesejahteraan dan perkembangan bangsa yang kian hari kian mengkwatirkan.
  Kelompok sosial punk rock anak jalanan yang ada di kota Jakarta tak lagi dapat kita palingkan pandang dan telinga dalam sebuah masalah sosial. Kehidupan yang serba bebas membuat anak-anak punk rock berbuat sesuka hati. Hidup tanpa aturan yang mereka pikir akan membuat diri mereka menjadi tenang, nyaman, maupun bebas dari aturan , namun hal tersebut justru membuat mereka tidak tenang dan tidak nyaman karena banyak kecaman dari berbagai presepsi masyarakat sekitar. Kehidupan yang berdasarkan desakan ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, dan faktor intern dari individu membuat diri mereka berpikir dan berkeinginan untuk hidup seorang diri ataupun bergabung dengan kelompok sosial punk rock yang berada dilingkup anak jalanan. Mereka adalah sekelompok anak-anak yang hidup seorang diri dan menganut idealisme dijakarta dan memiliki anggota-anggota yang pada dasarnya memilik permasalahan yang sama sehingga mereka terbentuk dan membangun sebuah kelompok sosial dan mencari kekuasaan, wewenang serta kepemimpinan didalam stratifikasi sosial maupun kelompok sosial yang ada. Mereka mencari sesuap nasi dengan cara mengamen di bus-bus dan tempat makanan di pinggir jalan,terkadang pula mereka mencari sesuap nasi dengan cara mencuri,ngejambret  atau menodong. apabila mereka tidak dapat uang pada hari itu untuk makan mereka terpaksa mencari sisa-sisa makanan orang yang masih bisa dimakan karena saking laparnya. Terkadang mereka hanya makan 2 hari sekali. Dengan keadaan yang seperti itu terkadang mereka memiliki keinginan untuk bekerja seperti masyarakat lain yang bekerja, baik kerja kantoran, buruh pabrik, atau lainnya yang dapat dikerjakan dan halal, namun sayang semua itu hanya mimpi dalam kehidupan nyata mengingat di Jakarta maupun di Indonesia yang diperlukan untuk bisa bekerja adalah ijazah dan uang biaya tidak memiliki kedua tersebut jangan harap bisa bekerja. Dengan pendapatan perhari yang tidak lebih dari sepuluh ribu rupiah,karena  mereka harus membagi rata hasil perolehan uang yang sedikit dengan sejumlah anggota yang ada.  Terkadang pula mereka mengingat orang tua dan keluarga dan bahkan merindukannya, tapi apalah daya faktor ketakutan dan rasa malu yang menggandrungi diri mereka hanya membuat mereka tidak berani untuk mengunjungi orang tua dan keluarga mereka.
karena ia melakukan tindakan penodongan dalam bus kota dan di pergoki oleh penumpang lain dan pada saat itu juga ia pun di hakimi oleh masa yang begitu banyak hingga ia hampir tewas untung saja pihak berwajib segera datang,apabila pihak berwajib telat sedetik saja mungkin ia bisa wafat di tempat kejadian. Setelah di amankan oleh pihak berwajib ia langsung dibawa  ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis.beberapa jam kemudian dimintai keterangan kepolisian  dan langsung digelandang ke polres. Bisa juga dibilang suka tapi tidak, bisa juga dibilang tidak tapi suka mau tidak mau harus dibawa  suka.ya begitulah bermasalah dengan pihak berwajib terdakang ia merasa iri dengan hukum karena membedakan stratifikasi sosial yang ada, dimana seharusnya hukum harus dianut dan dipatuhi ataupun ditindak pada setiap warga Negara yang bersalah tanpa memandang stratifikasi yang ada. Selama ini mereka hanya dapat menjerit didalam hati tanpa bisa berdemokrasi, bila semua bisa diungkap, ada beberapa perasaan mereka yang patut kita dengarkan.

“Hukum adalah lembah hitam yang tak mengenal peristiwa”
“pengacara,hakim,juri dan jaksa masih ternilai dengan angka”
“hukum telah dikuasai oleh orang-orang ber uang”
“Ada uang kalah jadi di menangkan”
“Tidak ada uang say…..good bye,,,,,”
“Maling-maling kecil di hakimi”
“Maling-maling besar dilindungi”

Kapan kah hukum di Negara kita adil??
Jangan memandang kami sebelah mata kami juga manusia,kami juga punya hati dan perasaan sama seperti kalian apa karena penampilan kami yang urak-urakan kalian bisa memandang kami serendah dan sehina itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar