Jumat, 15 Juni 2012

" What Is That? "


Kali ini saya akan berbagi sebuah kisah yang saya ambil dari Youtube. Sebuah video karya sutradara Yunani bernama Constatin Pilavios. Durasinya pendek, tapi pesan moral yang disampaikan di dalamnya bisa kita pelajari dan harus diingat seumur hidup kita tentang apa yang sudah kita berikan bagi orang tua kita.
Cerita ini menceritakan tentang sebuah adegan antara seorang bapak tua dan anaknya yang tengah duduk disebuah taman depan rumah mereka. Si anak Nampak membaca sebuah surat kabar, sedangkan sang bapak hanya duduk diam mendampingi sebelah sang anak.
Tiba-tiba muncul sebuah burung gereja dan hinggap lalu berkicau di dekat mereka. Si bapak yang mungkin sudah mengalami rabun pada penglihatannya terlihat penasaran dengan suara tersebut, lalu mencoba bertanya pada anaknya.
“ apa itu? “ tanya si bapak.
“ Burung gereja “ sahut anak tersebut lalu melanjutkan membaca korannya.
Burung gereja tersebut masih tak beranjak dari tempatnya dan masih terus berkicau.Membuat si Bapak makin penasaran dan mengemukakan sebuah pertanyaan yang sama pada anaknya, "Apa itu?". Si anak mulai nampak kesal dan menjawab "Sudahkah kukatakan padamu ayah, jika itu adalah burung gereja".Lalu dia kibaskan korannya hingga menimbulkan bunyi yang mengakibatkan burung gereja itu terbang menjauh.

Tak seberapa lama kemudian muncul lagi seekor burung gereja dan berkicau kembali di dekat mereka. Bapak tersebut kembali bertanya, "Apa itu?". Si anak semakin kesal dan menjawab dengan suara tinggi.
"Burung gereja bapak, burung gereja!". Si anak pun kemudian mempertegas jawabannya dengan mengatakan, "b-u-r-u-n-g  g-e-r-ej-a.!".

Namun kenapa tiba-tiba si bapak kembali bertanya, "Apa itu?", yang membuat si anak menjadi naik pitam dan membentak si bapak.

"Apa yang kamu lakukan bapak, sudahkah berulang kali kukatakan itu adalah burung gereja. Apa anda masih belum paham?". 

Si bapak pun lalu beranjak dari tempat duduknya dan ditanya oleh si anak, "Mau kemana?". Bapak tersebut tidak menjawab. Hanya mengisyaratkan agar anaknya menunggu sebentar. Lalu si bapak berjalan menuju ke dalam rumahnya.

Beberapa menit kemudian si bapak nampak keluar rumah sambil membawa sebuah buku diari. Dia kembali duduk di samping anaknya. Membuka sebuah halaman pada diari tersebut, lalu dia berikan pada si anak agar dia membacanya. "Keraskan!", perintah si bapak saat menyuruh anaknya membaca. Si anak lalu membaca diari tersebut dengan suara keras yang juga didengar oleh bapaknya.



"Hari ini anak bungsuku yang beberapa hari lagi akan berumur tiga tahun, sedang duduk di taman ketika seekor burung gereja berkicau di depan kita

Anakku bertanya 21 kali tentang apa itu yang berkicau di dekatnya.

Aku pun menjawabnya sebanyak 21 kali, jika itu adalah...burung gereja.

Aku selalu memeluknya setiap kali dia bertanya dengan pertanyaan yang sama.

Berulang-ulang, tanpa rasa marah, karena aku merasa sayang kepada bungsu kecilku "


Si anak kemudian menutup diary itu dan menyadari kesalahan yang baru dia perbuat. Lalu dia merangkul dan mencium dengan penuh perasaan sayang terhadap bapaknya.

jadi, dari kisah pendek diatas dapat kita rasakan bagaimana pedihnya perasaan figur sang ayah dan sabarnya sang ayah terhadap anaknya karena terlalu amat sangat sayang terhadap anaknya, jangankan perasaan mengorbankan nyawapun orang tua berani melakukannya demi sang anak yang disanyangi dan dicintainya.
harapan-harapan yang ingin saya sampaikan adalah sayangi dan cintailah orang tua dengan sepenuh hati, memang terkadang dizaman sekarang ini apabila bagi kebanyakan para remaja yang membaca atau menonton kisah cerita diatas dapat tersentuh hatinya tetapi hanya beberapa saat saja  karena kembali ke pergaulan sehari-harinya, sebab mereka belum merasakan menjadi figur seorang ayah, jadi, jangan menunggu menjadi figur orang tua dulu tapi mulai sekarang dan sampai selamanya selagi masih diberi umur panjang.